Perawatan Bayi Kuning di Rumah

Perawatan Bayi Kuning di Rumah

Bayi terlihat kuning memang bukan pertanda yang baik dan sudah pasti membutuhkan perawatan khusus. Tapi, di masa pandemi ini, alangkah baiknya jika Bunda bisa melakukan perawatan mandiri di rumah. Tetap konsultasi dengan dokter dan simak perawatan bayi kuning di rumah berikut.

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, sekitar 60 persen dari seluruh bayi yang lahir berpotensi mengalami sakit kuning atau neonatal jaundice, terutama untuk bayi prematur yang usia lahirnya kurang dari 37 minggu. Selain itu, SehatQ juga menambahkan bahwa bayi yang memiliki risiko mengalami sakit kuning adalah bayi yang tidak mendapatkan porsi ASI atau susu formula yang cukup dan bayi yang tidak memiliki golongan darah yang sama dengan ibunya.

Mengapa sih bayi bisa kuning? Penyebab bayi kuning adalah tingginya kadar bilirubin dalam darah.  Bilirubin adalah enzim berwarna kuning yang diproduksi tubuh saat sel darah merah pecah. Tubuh bayi pada dasarnya memang menghasilkan enzim ini lebih banyak ketimbang orang dewasa, dan organ hati memiliki tugas untuk membuang enzim tersebut melalui saluran pencernaan. Namun, organ pada tubuh bayi banyak yang masih berkembang dan belum berfungsi sempurna, termasuk organ hati. Makanya bilirubin dapat tertumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan bayi kuning.

Bayi dapat mengalami sakit kuning saat ia berusia satu minggu. Hal ini biasanya ditandai dengan kulit dan mata tampak menguning, bayi selalu mengantuk pun lemas, dan bayi jarang ganti popok (newborn bisa ganti pokok 4-6 kali dalam 24 jam karena popok basah dan BAB bisa 3-4 kali sehari per empat hari), serta warna urine terlihat lebih pekat dan feses terlihat lebih pucat.   

Kondisi bayi kuning sebenarnya adalah hal yang umum dan bisa pulih dengan sendirinya dalam kurun waktu dua sampai tiga minggu. Namun, jika hal tersebut terjadi, membawa si kecil langsung ke dokter adalah keputusan yang tepat. Dengan pemeriksaan detail, Bunda dapat mengetahui kadar bilirubin si kecil sehingga bisa diputuskan, apakah si kecil butuh penanganan medis lebih lanjut atau cukup menjalani perawatan di rumah. Jika kadar bilirubin tidak melebihi 12 mg/dl atau hanya mengalami sakit kuning ringan dan tidak menunjukkan gejala serius maka biasanya si kecil bisa menjalani perawatan di rumah.

Untuk perawatan di rumah, dokter mungkin akan menyarankan Bunda untuk lebih sering memberikan si kecil ASI atau susu formula untuk mendorongnya buang air besar. Hal ini berguna agar bilirubin segera terbuang dengan ciri warna feses yang kuning kecoklatan. Kemudian, Bunda mungkin juga akan mendapatkan saran untuk rajin menjemur si kecil di bawah sinar matahari pagi. 

Nah, tapi ada hal menarik soal kegiatan menjemur bayi ini, Bun. Seiring berjalannya waktu, Bunda mungkin akan mendengar pendapat dokter dan berbagai ulasan kesehatan yang menyatakan bahwa kegiatan menjemur ini sebenarnya bukanlah treatment untuk menyembuhkan bayi kuning. Pada dasarnya, tujuan utama Bunda menjemur si kecil di bawah sinar matahari adalah untuk mendapatkan vitamin D yang bermanfaat untuk kesehatan tulang dan gigi, serta membantu penyerapan kalsium.  Intinya, penanganan bayi kuning memang sebatas pemberian ASI atau susu formula yang lebih sering saja. Jika dalam waktu dua minggu si kecil tidak kunjung membaik maka Bunda perlu kembali ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.  

Selain kondisi yang tidak membaik setelah menjalani perawatan di rumah, kondisi bayi kuning yang juga harus segera mendapatkan perawatan medis adalah jika kadar bilirubin bayi di atas 12 mg/dl, warna kuning menyebar pada tubuh bayi dan intens, lalu bayi sangat lesu, tidak mau makan, dan demam. Jika bayi sampai demam, dalam perjalanan menuju dokter, Bunda bisa tempelkan plester kompres ByeBye-FEVER agar ia merasa lebih nyaman, selama menempuh perjalanan menuju layanan kesehatan. 

Untuk penyakit kuning yang lebih serius, bayi akan mendapatkan penanganan khusus, Bun bahkan bisa sampai rawat inap di rumah sakit. Perawatan bayi kuning yang direkomendasikan oleh dokter biasanya berupa fototerapi atau terapi sinar biru. Nantinya, bayi akan diletakkan dalam tempat tidur khusus yang sudah dialasi dengan selimut serat optik dengan hanya menggunakan popok dan pelindung mata. Fototerapi ini efektif memecah bilirubin pada tubuh bayi.

Kemudian, ada pula pengobatan dengan pemberian suntikan imunoglobulin (IVIG). Perawatan ini diberikan biasanya jika penyebab bayi kuning adalah perbedaan golongan darah dengan ibunya. Karena golongan darah yang berbeda dengan sang ibu, bayi dapat membawa antibodi tertentu dari sang ibu hingga mengakibatkan produksi bilirubin meningkat. Nah, suntikan ini bertujuan untuk mengurangi antibodi tersebut.

Selanjutnya, apabila kadar bilirubin bayi di atas 20 mg/dl, biasanya dokter menyarankan bayi menjalani transfusi darah, karena kadar bilirubin yang tinggi berisiko masuk ke dalam otak dan dapat menyebabkan gangguan pada otak bayi hingga memengaruhi kualitas perkembangannya.

Baiklah Bunda, semoga semua informasi di atas bermanfaat ya. Pastikan Bunda selalu aware terhadap kondisi berbeda pada bayi, termasuk bayi kuning, atau bahkan kondisi ringan seperti diare atau demam. Dengan begitu, Bunda bisa siap siaga memberikan penanganan atau produk yang tepat, seperti contohnya menggunakan plester kompres ByeBye-FEVER saat si Kecil mulai demam sebagai pertolongan pertama. Bunda Jangan lupa share artikel ini dan nantikan ragam informasi bermanfaat lainnya hanya di ruangnyamanbunda.com!

KONTEN TERKAIT

Health

Waspada Hepatitis Akut Misterius, Berikut 5 Fakta Penting yang Perlu Bunda Tahu

Temuan penyakit baru menyerang anak-anak. Waspadai gejala hepatitis akut misterius pada anak. Simak penjelasan lebih lengkapnya di sini!

Mountain
Cloud Cloud Cloud Cloud
keyboard_arrow_down